Kamis, 22 Desember 2011

Kumis Kucing (Orthoshipon aristatus)




A.    Nama Daerah
Kumis kucing (Sunda), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa), se-salaseyan, songkot koceng (Madura). 
B.     Klasifikasi
Kingdom                : Plantae
Subkingdom           : Tracheobionta
Super Divisi            : Spermatophyta
Divisi                      : Magnoliophyta
Kelas                      : Magnoliopsida
Sub Kelas               : Asteridae
Ordo                       : Lamiales
Famili                      : Lamiaceae 
Genus                     : Orthoshipon
Spesies                   : Orthoshipon aristatus 
C.  Morfologi
-    Pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya.
-  Tingginya mencapai 2 meter.
-  Batang bersegi empat agak beralur berbulu pendek atau gundul.
- Helai daun berbentuk bundar atau lojong, lanset, bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya.
-  Ukuran daun panjang 1 – 10cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5cm.
- Urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak.
-  Panjang tangkai daun 7 – 29cm.
-  Kelopak bunga berkelenjar.
-  Urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul.
-  Bunga bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung cabang dengan panjang 7-29 cm, dengan ukuran panjang 13 – 27mm. Dibagian 
D.    Kandungan
Orthosiphon glikosida (senyawa khusus yang memiliki daya diuretik dan sedikit antiinflamasi), zat samak, minyak atsiri, minyak lemak, saponin, sapofonin, garam kalium, myoinositol. 
E.     Manfaat
Kumis kucing dapat digunakan untuk memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik), rematik, batuk, masuk angin, sembelit, sakit pinggang, anti radang,  radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albumiria, syphilis, hipertensi, infeksi ginjal akut dan kronis, kencing manis, kencing batu, menghilangkan panas dan lembab, infeksi kandung kemih (Cystitis), encok (Gout arthritis), nyeri sendi, kencing berdarah, dan asam urat. 
F.     Pengolahan
a.       Peluruh kencing
Merebus daun kumis kucing segar sebanyak 1/4 genggam dalam 1 gelas air. Mendidihkannya hingga tersisa 1/2 gelas. Setelah diangkat, dinginkan, lalu disaring. Meminum sebanyak 2 kali sehari dan tiap kali minum 1/2 gelas.
b.      Infeksi saluran kencing, sering kencing sedikit-sedikit (anyang-anyangan)
Mengambil daun kumis kucing, meniran, dan akar alang-alang masing-masing 30 gram.  Ketiga bahan tersebut dicuci sampai bersih, dipotong-potong seperlunya lalu direbus dalam tiga gelas air.  Biarkan sampai mendidih, hingga hanya tersisa setengah dari volume awal.  Meminum air ramuan tersebut sebanyak setengah gelas, dengan frekuensi tiga kali sehari.
c.       Rematik
Melumatkan daun kumis kucing sebanyak satu sendok teh, kemudian direbus dengan 1 sendok makan daun meniran yang sudah dilumatkan juga. Setelah mendidih, disaring, didinginkan dan lalu meminumnya.
d.      Untuk mengobati penyakit infeksi ginjal dan hipertensi (tekanan darah tinggi)
Cuci 30 gram herba segar kumis kucing, herba daun sendok dan rumput lidah ular. Merebusnya dalam 3 gelas air sampai hanya tersisa satu gelas. Setelah dingin, menyaring airnya lalu diminum setengah gelas sebanyak dua kali sehari.
e.       Untuk mengobati kencing batu
Merebus 90 gram herba kumis kucing yang sudah dicuci bersih dalam satu liter air hingga mendidih dan tersisa 750 cc. Setelah dingin, meminumnya sebanyak tiga kali sehari masing-masing sepertiga bagian. Membuat dan meminum ramuan ini hingga penyakitnya sembuh.
f.       Gangguan  Batu ginjal :
Cara I:
Mengambil 25 g daun kumis kucing, 25 g daun ngokilo, 25 g daun meniran dengan akarnya, 25 g daun keji beling yang sudah dicuci bersih. Merebusnya dengan 4 gelas air sampai mendidih. Minum semua air rebusan itu dalam sehari.
Cara II:
Mengambil 3 genggam daun kumis kucing, 5 helai daun keji beling dicuci, kemudian merebusnya dengan 2 gelas air. Meminum airnya 2x sehari, pagi dan sore, selama 10 hari. Sesudah 10 hari, ganti dengan air rebusan jagung muda, 1 x sehari. Menghindari makan daging kambing, durian serta makanan pedas.
Cara III :
11 lembar Daun kumis kucing, 5 biji Kencur yang sudah tua, 1 jari tangan Jahe merah, 1/4 gelas Beras/direndam dulu selama 3 jam. Semua bahan dicuci sampai bersih, lalu direbus bersamaan dengan 3 gelas air hingga tersisa 2 gelas. Angkat dan saring. Ramuan ini diminum 3 kali sehari masing-masing 1/2 gelas sesudah makan. Jika setelah 1 minggu ada perubahan membaik, teruskan lagi selama 1 minggu. Selama mengikuti terapi pengobatan penderita gangguan ginjal harus berpantang kopi, teh kental, makanan berlemak dan bersantan, dan mengurangi garam.
d.  Stabilkan gula darah
11 lembar Daun kumis kucing segar, 11 lembar Daun sambiloto segar, 3 jari tangan Kulit pohon pule, 17 lembar Daun pegagan. Mencuci semua bahan, lalu rebus dalam 5 gelas air hingga tersisa 4 gelas. Angkat lalu saring. Minum 3 kali sehari 2/3 gelas sesudah makan. Lakukan selama 3 minggu. Cek kadar gula darah, jika sudah stabil dosis bisa diturunkan menjadi 2 kali sehari.
e.  Nyeri buang air seni :
Cara I:
Seduh dan minum sejumput daun kumis kucing yang dikeringkan seperti teh, boleh juga kalau diberi gula aren.
Cara II:
1 sendok daun kumis kucing yang dilumatkan, 7 batang meniran, rebus dengan dua gelas air sampai air tinggal setengah. Minum air rebusan itu sebanyak 3x sehari.
f.       Radang ginjal
40 helai bunga dan daun kumis kucing, 3 belimbing wuluh tua dicuci, dihaluskan. Seduh dengan 2 gelas air. Minum 3x sehari. Lakukan selama 1 minggu.
g.      Sakit pinggang
7 helai daun dan 2 potong akar kumis kucing dicuci. Rebus dengan 1 gelas air. Biarkan satu malam, baru diminum.
h.      Masuk angin
1 sendok daun kumis kucing dan direbus dengan segelas air sampai air tinggal setengah. Diminum sekaligus.
i.        Demam
100 g akar kumis kucing dicuci, rebus dengan 3 gelas air. Setelah mendidih, saring, dan ambil airnya. Minum air rebusan ini 1 gelas sehari.
j.        Nephritis, edema (bengkak)
Kumis kucing 30 gr, daun urat 30 gr, rumput  lidah ular 30 gr, semuanya direbus. 
G.    Syarat pertumbuhan
a.       Iklim
-          Ketinggian tempat : 500 m - 900 m di atas permukaan laut.
-          Curah hujan tahunan : lebih dari 3000 mm/tahun.
-          Bulan basah (diatas 100 mm/bulan) : 7 bulan - 9 bulan.
-          Bulan kering (dibawah 60 mm/bulan) : 3 bulan - 5 bulan.
-          Suhu udara : 280C - 340C.
-          Kelembapan : sedang.
-          Penyinaran : tinggi (tanpa maungan karena Naungan akan menurunkan kadar ekstrak daun). 
b.      Tanah
-           Jenis tanah : andosol, latosol.
-          Tekstrur tanah : lempung berpasir.
-          Kedalaman air tanah : diatas 70 cm dari permukaan tanah.
-          Kedalaman perakaran: 30 cm - 60 cm dari permukaan tanah.
-          Kemasaman (pH) : 5 – 7. Kesuburan : sedang – tinggi
c.       Ketinggian tempat
-          Ketinggian tempat optimum tanaman kumis kucing 500 - 1.200 m dpl.
H.    Penanaman/ Budidaya
Pada umumnya tanaman kumis kucing diperbanyak dengan stek batang atau stek cabang. Pilih batang atau cabang yang tidak terlalu tua, lalu dipotong menjadi stek-stek berukuran panjang 15 cm - 25 cm atau beruas sekitar 2 buku – 3 buku.
Stek bibit bisa ditanam langsung di kebun sedalam 5 cm, kemudian padatkan tanah di sekitar pangkal stek, dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm, 40 cm x 40 cm, 40 cm x 50 cm dan 60 cm x 60 cm
I.       Pemanenan
Daun dipanen dengan cara memetik pucuk bedaun 3-5 helai. Setelah tanaman berumur 1 bulan, tangkai bunga belum muncul dan tinggi tanaman sekitar 50 cm ini merupakan waktu untuk memanen yang pertama. Jika panenan pertama ini tidak dilakukan/terlambat akan mempengaruhi produksi selanjutnya. Selanjutnya panen dilaksanakan dalam periode 2-3 minggu sekali yaitu pada pertumbuhan optimum dari daun. Saat panen yang tepat adalah pada saat awal pertumbuhan bunga tetapi belum tumbuh bunga. Karena yang dimanfaatkan adalah daunnya maka bunga yang tumbuh sebaiknya dirompes untuk dapat memaksimalkan pertumbuhan daun pada panen berikutnya.
  

Sumber :

Minggu, 18 Desember 2011

Morfologi dan Anatomi Ikan

(Morfologi Ikan)

(Anatomi Ikan)


Hasil Refleksi Kelompok 3 dan 4


KELOMPOK 3 (Pengaruh Cahaya dan Suhu Terhadap Proses pertumbuhan Tanaman)
     Dari presentasi kelompok ini, salah satu audiens menjelaskan bahwa suhu  merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung terhadap organisme hidup misalnya saja pada proses pertumbuhan tumbuhan.  Sehingga saya bisa menyimpulkan bahwa cahaya sangat berperan penting sebagai sumber energi utama bagi semua ekosistem. Pada tumbuhan cahaya berperan sebagai  fotoperiodism, fotoenergetic, fotomorfogenesis, dan fototropisme. Respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang penyinaran. Lamanya penyinaran relatif antara siang dan malam dalam 24 jam akan mempengaruhi fungsi dari tumbuhan secara luas. Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu Tumbuhan hari panjang, Tumbuhan hari pendek, Tumbuhan hari sedang, dan Tumbuhan hari netral.
     Dalam diskusi kelompok 3, pemateri memberi kesempatan pada audiens untuk bertanya sebanyak 3 pertanyaan, yang pertama menanyakan tentang hubungan warna tanah dengan lama penyinaran. Kemudian dari pemateri menjawab bahwa semakin terang warna tanah maka semakin lama waktu penyinaran artinya banyak panas yang dipantulkan kembali, sedangkan semakin gelap warna tanah maka semakin banyak panas yang diserap kedalam tanah. Pertanyaan kedua menanyakan tentang poikilotermik dan steinotermik, penanya meminta pemateri untuk menyajikan contohnya dari jenis tumbuhan, karena pemateri telah memberikan contoh dari jenis hewan. Dalam diskusi ini, presenter tidak mampu menjawab lebih rinci dan memberikan contoh yang bisa diterima oleh audiens. Pertanyaan ketiga menanyakan tentang organ apa yang dimiliki tumbuhan sehingga bisa menanggapi respon fotoperiodisme?. Kelompok presenter menjawab organ yang berperan adalah daun.

Kelompok 4 (Atmosfer dan Air, Lingkungan abiotik Yang Mempengaruhi Ekologi Tumbuhan)
Dari hasil diskusi dan materi yang telah disampaikan oleh kelompok 4 saya dapat menyimpulkan Lapisan atmosfer merupakan campuran dari gas-gas yang tidak tampak dan tidak berwarna. Pada lapisan atmosfer terbagi menjadi 5, yaitu Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Exsosfer.
Secara umum air digolongkan ke dalam 2 jenis yaitu :
1. Air tanah ( ground water ) adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan tidak dapat dilihat secara langsung. Air tanah ditemukan pada lapisan akifer yaitu lapisan yang bersifat porous (mampu menahan air) dan permeable (mampu memindahkan air)
2. Air permukaan (surface water), adalah air yang terdapat di atas permukaan bumi dan tidak terinfiltrasi ke dalam bumi.
Dalam diskusi kelompok 4 terdapat 3 pertanyaan, yaitu pertanyaan pertama menanyakan tentang pengaruh siklus hidrologi terhadap ekosistem. Kemudian pertanyaan ini dijawab oleh salah satu presenter yang mengemukakan bahw siklus hidrologi merupakan siklus air yang tidak pernah berhenti, dalam hal ini air ada yang masuk kedalam tanah dan ada yang dipermukaan tanah. Jika air yang  ada dipermukaan tanah terlalu berlebihan ataupun sedikit, maka akan menyebabkan rusaknya ekosistem. Pertanyaan kedua salah satu audiens menanyakan tentang mengapa ada musim hujan dan musim kemarau. Kemudian dari kelompok presenter menjawab bahwa hal tersebut dijelaskan karena adanya factor angin yang membawa gumpalan awan. Sehingga awan yang terbentuk pada suatu daerah belum tentu akan menurunkan hujan pada daerah yang sama. Kemudian salah satu audiens menambahkan bahwa cuaca dipengeruhi oleh angin muson barat dan angin muson timur. Pertanyaan ketiga yaitu pengaruh atmosfer yang berongga (bolong) terhadap tumbuhan. Kelompok presenter menjawab dalam hal ini atmosfer tidak hanya terdiri dari satu lapisan saja, melainkan ada lima lapisan. Jadi jika disebutkan atmosfer bolong maka tidak berarti semua lapisan atmosfer yang ada mengalami kebocoran, mungkin hanya salah satu lapisan saja, sehingga tidak berdampak secara langsung pada pertumbuhan tumbuhan.

NB : Menurut saya pihak presenter dari kelompok 3 dan 4 kurang begitu menguasai materi, sehingga penyampaian materi kurang dan belum bisa diterima audiens secara maksimal. Selain itu, kelompok 3 dan 4 terlalu banyak membaca makalah ataupun power point saat presentasi sehingga menimbulkan kejenuhan pada audiens. Terima kasih. .........^_^.........

Hasil Refleksi Kelompok 5 dan 6

Kelompok 5 ( LINGKUNGAN BIOTIK DAN ABIOTIK )
     Dari presentasi kelompok 5, saya bisa tahu bahwa tanah itu ternyata memiliki sebuah pori-pori yang berukuran besar dan sedang. salah satu presenter menyatakan bahwa pada tanah yang memiliki pori-pori yang besar jika ditumbuhi sebuah tanaman, maka tanaman tersebut tidak bisa menyerap air yang terkandung didalamnya. sedangkan pada tanah yang memiliki pori-pori sedang, tanaman cenderung dapat menyerap air lebih mudah dan banyak. Sebenarnya, saya ingin menanyakan tentang hal ini, bagaimana mekanisme tanaman dalam menyerap air pada tanah yang memiliki pori-pori besar dan sedang sehingga bisa menimbulkan perbedaan dalam penyerapannya? namun, karena keterbatasan waktu, presenter hanya menunjuk 2 orang saja untuk bertanya.
    Pertanyaan pertama dari saudara Dimas, yaitu “Apakah setiap lapisan tanah (horizon O,B,A,dll) kandungannya sama?” kemudian saudari Neni menjawab bahwa setiap lapisan tanah itu memiliki kandungan yang berbeda-beda, diantaranya yaitu lapisan R(tidak mengandung mineral, mengandung batu-batu kerikil), A(humus), E(silikat, besi, eluminiuim), C(hanya terdiri dari sedimen), dll.

  Untuk penanya kedua yaitu Indri, yang menanyakan "Mengapa semakin bawah lapisan tanah semakin sedikit organismenya dan pada lapisan apa akar bisa menembus pada kedalaman tanah?”. Pertanyaan ini dijawab oleh Ayun, bahwa penancapan akar suatu tanaman dalam tanah hanya sampai pada horizon E karena kandungan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organism hanya sampai horizon E. Kemudian saudara ilham menambahkan bahwa pada horizon B saja unsur anorganik yang dibutuhkan tanaman semakin sedikit dan lebih banyak mengandung unsur organik sehingga akar tanaman hanya bisa bertahan dan menancap pada horizon E saja. Dalam hal ini, saudara hendy juga menambahkan bahwa penancapan akar dipengaruhi oleh penembusan peresapan air yang mempengaruhi struktur tanah itu sendiri.
Kelompok 6 (EKOLOGI TUMBUHAN POPULASI)
    Pada kelompok ini salah satu presenter menjelaskan bahwa populasi itu merupakan kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Selain itu diterangkan juga mengenai spesies yang menurut mellet yang mendefenisikan seperti ini populasi tunggal yang berkembang menjadi dua garis keturunan tanpa terjadinya pertukaran material genetik. Presenter terakhir menjelaskan mengenai bentuk pertumbuhan populasi, diantaranya pertumbuhan eksponensial yang membentuk huruf J dan pertumbuhan sigmoid yang membentuk huruf S.     

                          (Grafik Pertumbuhan Eksponensial)
(Gafik Pertumbuhan Sigmoid)
    Mengenai penjelasan diatas, timbul suatu pertanyaan dari salah satu audiens yang menanyakan "Apa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman sehingga pertumbuhannya tersebut membentuk grafik eksponensial atau sigmoid?" Kemudian salah satu pemateri menjawab bahwa pada grafik eksponensial tidak ada faktor yang membatasi tanaman tersebut untuk tumbuh karena tanaman tersebut berada pada lingkungan yang ideal sehingga selalu mengalami pertumbuhan dan membentuk grafik seperti huruf J. Sedangkan pada Grafik Sigmoid, pada tahap pertama itu tumbuhan mengalami pertumbuhan yang lambat, kedua pertahanan lingkungan menurun, sehingga tanaman bisa melakukan pertahanan, ketiga pertahanan lingkungan meningkat dan terjadi penurunan pertumbuhan tanaman. Sehingga pada pertumbuhan ini, tanaman membentuk grafik sigmoid seperti huruf S karena ada  proses kelahiran dan kematian.

NB : Pada kelompok 5, pelaksanaan presentasi sudah baik dan materi bisa saya pahami dengan baik, namun pada kelompok 6 saya tidak banyak mengerti dan tidak bisa menerima materi yang telah disampaikan. Karena bahan presentasi (power point) yang digunakan sangat banyak sekali slide.nya dan setiap slide membahas materi yang sebagian besar berbentuk paragraf (tidak dipoin-poin) sehingga saya kurang mengerti tentang materi yang disampaikan. Terima kasih. ^_^

Senin, 05 Desember 2011

HASIL REFLEKSI DISKUSI KELOMPOK 1 dan 2

Kelompok 1 "Pengertian Dasar Ekologi Tumbuhan"

     Kelompok 1 telah menjelaskan tentang pengertian dasar ekologi tumbuhan. Sedikit sharing, bahwa ekologi tumbuhan itu merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik suatu tumbuhan dengan lingkungan ataupun tumbuhan lain yang ada disekitarnya. Kelompok ini juga menjelaskan tentang pendekatan ekologi tumbuhan yang terdiri dari Sinekologi yang meliputi sosialisasi tumbuhan, komposisi dan struktur komunitas, dll dan Autekologi yang meliputi adaptasi tumbuhan dan adaptasi tingkah laku.
Ekologi tumbuhan memiliki banyak manfaat dengan cara menerapkannya diberbagai bidang, antara lain:
1. Bidang pertanian.
2. Bidang kehutanan.
3. Bidang perkotaan
4. Bidang perairan
     Dalam presentasi disebutkan salah satu aspek terapan pada bidang perkotaan yaitu “Hutan Kota Pemukiman” yang dimaksud adalah membangun hutan kota di daerah pemukiman yang dimaksudkan untuk menangkal dan mengurangi polusi udara yang ada. Sehingga muncul sebuah pertanyaan dari salah satu audiens, yaitu “Bagaimana cara membangun hutan kota ditengah pemukiman yang jelas-jelas padat penduduknya. Apakah kita harus menggusur warga tersebut atau bagaimana?”
     Pertanyaan tersebut telah dijawab oleh pemateri yang menyatakan bahwa kita tidak perlu menggusur daerah pemukiman tersebut karena kita bisa menanam bunga-bunga yang ditanam didalam pot yang kehadirannya tidak akan mengganggu warga.
      Menurut saya, pendapat pemateri mengenai tidak perlu menggusur warga sudah tepat, namun saya kurang setuju dengan alasannya. Karena penggunaan tanaman bunga (tanaman hias) tidak bisa bekerja secara optimal untuk mengurangi dan menangkal polusi udara yang ada. Kita kembali ke konsep awal, bahwa hutan kota tidak harus dalam bentuk blog, hutan kota tidak memungkinkan berada di areal luas sehingga dapat dibangun pada berbagai penggunaan lahan. Jadi, untuk membangun sebuah hutan kota pemukiman, kita lihat terlebih dahulu jenis pemukiman yang bagaimana yang akan dibangun sebagai hutan kota. Jika jenis pemukiman tersebut merupakan perkampungan, maka kita bisa menanam jenis tanaman yang bisa ditanam dikebun/halaman. Biasanya jenis tanaman tersebut seperti pohon mangga, rambutan, belimbing,  dll (jenis pohon yang dapat menghasilkan buah). 
Namun, jika pemukiman tersebut merupakan sebuah perumahan, maka kita bisa menanam pohon seperti palem, Cordia sebestena, Bauhinia purpurea, Alstonia scholaris, Polyalthia Longifolia, dll  yang diletakkan di pinggiran jalan dengan tata letak yang sesuai. Seperti yang tertera di gambar dengan tanaman jenis Palmaceae.
(Tata letak penanaman pohon di daerah Perumahan)


Kelompok 2 "TUMBUHAN DALAM LINGKUNGAN"

     Dari penjelasan/presentasi yang sudah dilakukan kelompok 2, saya bisa menyimpulkan bahwa tumbuhan dalam lingkungan merupakan semua faktor biotik dan abiotik yang potensial mempengarui organisme. Lingkungan dapat dibagi menjadi dua yaitu lingkungan makro (Lingkungan berpengaruh secara umum) dan lingkungan mikro (Lingkungan yang dekat dengan tanaman secara potensial berpengaruh terhadap organisme). Selain itu, Lingkungan hidup dari organisme merupakan semua factor biotik dan abiotik yang potensial yang mempengaruhi organisme. Untuk lingkungan biotik dipengaruhi oleh suhu, cahaya, air, dan tanah. Pada biotik dipengaruhi oleh individu, populasi komunitas, dan ekosistem. 






Kamis, 24 November 2011

Gambar Morfologi dan Anatomi Kadal (Mabouya multifasciata)

Morfologi Kadal (Mabouya multifasciata)

Anatomi Kadal (Mabouya multifasciata)


Hamipenis pada Kadal Jantan 


Penemuan Manusia Purba di Pegunungan Alpen


Sosok jasad manusia es ditemukan di pegunungan Alpen dalam kondisi tertutup lapisan es. Dari analisa tubuh dan perbekalan yang dibawanya, diperkirakan ia hidup pada 5.000 tahun lalu.
Pada 19 September 1991, dua pendaki Jerman menemukan jenazah manusia tertutup es di Italia, yakni dekat punggung bukit utama pegunungan Alpen, hanya berjarak 90 meter lebih dari perbatasan Austria. Pegunungan Alpen di kawasan itu dinamakan gunung Alpen Otztal karena dindingnya curam, lembahnya panjang dan sempit. Kini, sosok mayat tersebut dinamakan Otzi, sebuah kata yang dirangkai dari 2 kata dalam bahasa Jerman (Otzal) dan (Yeti) yang digabungkan oleh seorang wartawan Austria, namun sejumlah besar orang tetap menyebutnya sebagai “manusia es”.
Lokasi ditemukannya manusia es ini di tempat terpencil yang tandus dan tidak berpenghuni, karena itu menimbulkan sejumlah besar hipotesa mengenai sebab-musabab kematiannya. Melalui analisis ilmiah, didapatkan semakin banyak data-data detailnya yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan, perlengkapan di badan dan barang-barang di sekitarnya. Melalui pemeriksaan terhadap perlengkapan manusia es, arkeolog dapat memrediksi statusnya, dan lebih lanjut bisa memperkirakan mengapa sang manusia es mendatangi pegunungan Alpen yang demikian tinggi dan terjal.
Jasad manusia es terbukti adalah seorang laki-laki yang berusia antara 25-45 tahun, karena kondisi lingkungan terkuburnya sangat baik, sehingga struktur molekul susunan selnya tetap masih utuh dan terpelihara dengan baik, ini disebabkan oleh serangkaian proses yang terjadi dari sebelum dan sesudah kematiannya yang tidak biasa. Umumnya, orang beranggapan, bahwa manusia ini mengalami serangan badai salju yang terjadi secara mendadak di awal musim gugur, dia tidak dapat bertahan lantas terhempas dan mati seketika.
Ketika jenazahnya secara perlahan-lahan tertiup kering oleh angin musim gugur, salju tipis yang menyelubungi badannya membuatnya terhindar dari serbuan serangga dan larva. Pada hakikatnya, itu adalah sebuah proses pengeringan beku yang alamiah. Ketika salju musim dingin tiba, salju menimbun sekujur badan dan kondisi pemeliharaan jenazahnya pun menjadi lebih stabil.
Namun, kondisi kematian dan makna benda-benda yang dibawanya, memang menimbulkan sejumlah besar pertanyaan. Di sekitar manusia es terdapat sebuah kapak tembaga bertangkai kayu batang cuninghamia sinensis lembayung, sebuah busur lembayung yang belum selesai dibuat, sebuah tas punggung yang terbuat dari kulit binatang dan daun tusam, sebilah pedang dari batu api yang bersarung, dan sebuah kantung panah dari kulit rusa. Di dalam tas terdapat 2 buah panah tajam dari batu api, 20 batang anak panah yang belum selesai dibuat, dan kantung kulit sapi yang digantungkan di ikat pinggang. Selain perlengkapan-perlengkapan ini, pakaian yang dikenakannya juga ditinggalkan, ada pembebat kaki dari kulit bulu, topi, mantel dari bahan bulu, sepatu kulit, sepatunya dijejali jerami sebagai penghangat, dan juga ada mantel dari jerami, bila ditebarkan bisa digunakan sebagai alas atau selimut. Perlengkapan demikian paling tidak sesuai untuk beberapa bulan menjelang musim dingin, juga cukup untuk menahan cuaca dingin.
Dilihat dari perlengkapannya, ia bukanlah “datang dengan segala persiapan”. Busur dan sebagian besar panahnya belum selesai dibuat, menunjukkan bahwa persiapannya tidak sempurna dalam perjalanannya kali ini, bahkan kondisi tubuhnya juga bukanlah dalam keadaan sehat. Kami menganalisa salah satu kukunya, melalui kukunya yang mengalami hambatan pertumbuhan kami temukan bahwa selama 1,5 tahun sebelum kematiannya paling tidak ia pernah mengalami sakit kritis 3 kali. Di punggung bawahnya, sebelah kiri paha, mata kaki sebelah kanan dan daerah lututnya juga terdapat bercak-bercak hitam, mungkin semua ini adalah semacam hiasan, namun lebih memungkinkan memiliki efek pengobatan, karena manusia es tersiksa oleh encok, mungkin dengan cara pengobatan titik akupunktur dan meninggalkan bekas bercak-bercak hitam tersebut.
Penganalisaan zat di dalam ususnya menunjukkan bahwa di dalam ususnya ada parasit, mungkin akibat disentri lamban. Paling parah adanya bukti yang secara langsung menunjukkan bahwa sebanyak 8 batang tulang rusuknya patah tidak lama sebelum kematiannya. Meskipun tulang rusuknya mulai sembuh, namun bukti luka ini membuat beberapa orang menduga, bahwa manusia es pernah terlibat dalam sebuah peristiwa kekerasan, sehingga membuatnya terpaksa meninggalkan perkampungan, tepat di saat ia membawa pelengkapan yang belum selesai, melintasi gunung Alpen dan lari tergesa-gesa, sebuah badai salju di awal musim dingin membuatnya tidak mampu bertahan dan mati seketika.
Ada juga catatan lain, salah satunya anggapan bahwa ia tidak lebih dari seorang penggembala. Melalui hasil analisa lumut pada jenazah manusia es itu menunjukkan, bahwa ia berasal dari sebelah utara pegunungan Alpen yang hanya berjarak kurang lebih 20 km dari lokasi kematiannya. Dan melalui serbuk sari diprediksi bahwa waktu kematiannya adalah awal musim gugur, waktu itu ia menggembalakan (sapi atau domba) di ladang rerumputan tinggi, dan dengan kondisi kesehatannya yang tidak begitu sehat, di mana badai salju yang datangnya mendadak lantas membuatnya mati secara tak terduga. Mungkin semula ia berlindung dicekungan dangkal dengan harapan dapat segera ditemukan oleh orang lain, namun akhirnya ia malahan mati kedinginan.
Ada beberapa orang menganggap, bahwa manusia es itu sesungguhnya adalah seorang tukang sihir, khusus berdoa supaya terhindar dari bencana dan mohon berkah, dan dengan adanya perlengkapan untuk berburu yang belum selesai dibuat, bercak hitam seperti tato di badan, untaian butiran batu pualam putih, dan jumbai kulit yang kusut masai, yang mana semuanya bisa mendukung argumen ini. Umumnya, tukang sihir akan pergi ke tempat yang jauh untuk berhubungan dengan dunia roh, dan hal ini mungkin dapat menjelaskan mengapa ia mesti mendaki ke gunung yang tinggi. Di majalah Nation terdapat contoh yang riil menunjukkan bahwa batu yang berkilauan atau mengkilat umumnya dianggap memiliki arti khusus atau mengandung kekuatan, namun umumnya lebih sering menggunakan batu kuarsa, tidak seperti manusia es menggunakan batu pualam.
Bukti bahwa “manusia es adalah tukang sihir” tidak dapat diartikan sebagai bukti yang tidak dapat dibantah, tetapi ini juga merupakan sebuah praduga yang sulit dielakkan. Manusia es memang benar-benar merupakan sebuah temuan yang sangat unik, karena jasadnya lain daripada yang lain, dan terpelihara dengan demikian sempurna. Seandainya kita bisa mendapatkan bukti yang lebih detail lagi, mungkin tidak akan lebih menggolongkan status religius atau ritual pada manusia es, sekalipun perlengkapannya sangat unik, kita tetap akan menganggapnya sebagai penduduk gunung Alpen pada stadium akhir ribuan tahun ke-4 SM, dan lebih fokus pada nasib malang yang dialaminya, bukannya mempermasalahkan status atau kedudukannya.
Sekelompok ilmuwan Italia menyatakan, bahwa pada 1991 di sebuah gua pegunungan Alpen secara kebetulan ditemukan sesosok mayat laki-laki yang beku alami pada 5.000 tahun silam, dan 2 menu terakhir makanan yang disantapnya adalah daging rusa dan kambing.
Peneliti mendapati, pada saat kematiannya, tidak ada sedikit pun makanan di lambung manusia es tersebut, namun setelah menganalisa sesuatu di ususnya, dapat diketahui ada 2 jenis makanan terakhirnya. Dari benda di dalam usus manusia es yang dianalisa tim peneliti ditemukan bukti yang meyakinkan, yang menunjukkan bahwa si manusia es adalah seorang pemburu mahir. Dan hasil penelitian ini dipublikasikan di majalah Academy of Sciences National Amerika.
Tim peneliti mengatakan, bahwa jasad manusia es ditemukan di sebuah kawasan pegunungan, serbuk sari di badannya menunjukkan, bahwa dalam perjalanannya ke daerah pegunungan, pernah melewati hamparan konifer (pohon berdaun jarum), dan semasa itu jelas ia telah menyantap sesuatu pada menu pertama di antara kedua menu yang telah dianalisa, termasuk sejenis kambing liar yang sering dijumpai di gunung Alpen pada masa dulu, ditambah lagi sejumlah tanaman padi-padian dan tumbuhan tertentu. Dan setelah itu, menyantap menu terakhir, termasuk juga daging rusa, dan mungkin menyantap lagi sejumlah makanan dari tanaman padi-padian. Tim peneliti berpendapat, protein hewani hanya didapat dari binatang buruan jenis besar, dan ini sangat tidak seperti biasanya: Ini lebih membuat mereka merasa, status atau kedudukan manusia es sangat tinggi.
Ahli antropologi fisik Museum Taman Nasional Yosemite, Amerika C. Gordon mengatakan, bahwa temuan ini dapat meningkatkan pengetahuan terhadap manusia es atau komunitas masyarakatnya, menunjukkan saat itu sudah ada pola rangkap bertanam dan berburu. Nyonya Gordon bukanlah anggota tim peneliti, ia sedang mempersiapkan pameran manusia es yang diadakan di Museum Taman Nasional Yosemite. 

Sumber :

Senin, 21 November 2011

Etnofarmasi Suku Tengger Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo


     Dari penelitian Etnofarmasi ini didapatkan bahwa pengetahuan atau penggunaan obat tradisional pada Suku Tengger Kecamatan Sukapura yang terdiri dari 5 desa yaitu Desa Ngadirejo, Desa Ngadas, Desa Jetak,Desa Wonotoro, dan Desa Ngadisari telah terinventarisir 29 jenis penyakit dengan 60 resep tradisional serta terdapat 47 tumbuhan, 3 jenis hewan dan 5 bahan mineral alam yang digunakan sebagai pengobatan di Suku Tengger. Jenis-jenis penyakit yang diobati pada Suku Tengger adalah penyakit ringan yang sering terjangkit di kawasan tersebut. 
     Bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan obat oleh Suku Tengger sebagian besar sudah diteliti dan mempunyai khasiat obat, sehingga memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi bahan baku industri obat tradisional. Antara lain Adas (Foeniculum vulgare Mill.) dan Pisang (Musa paradisiacal L.) mempunyai persentase pengetahuan dan penggunaan yang paling tinggi (lebih dari 50%), bawang merah (Allium ascolanicum L.), dringu ( Acorus calamus L.) , ganjan ( Tagetes signata Bartl.), grunggung (Pothentilla argunta Pursh), jambu biji (Psidium guajava L.), Jambu wer (Pimento dionica L.), Kunyit(Curcuma domestica Valeton), Tepung otot (belum teridentifikasi) mempunyai persentase pengetahuan atau penggunaan yang relatif sedang (berkisar antara 20%-50%). Sedangkan sisa tumbuhan yang lain mempunyai persentase sampai 20%. 
     Bahan obat yang berasal dari hewan dan bahan mineral yang diketahui atau digunakan oleh Suku Tengger mempunyai persentase sampai 20%. Semakin tinggi persentase penggunaan atau pengetahuan semakin tinggi tingkat kepercayaan bahwa tumbuhan, hewan atau bahan mineral alam dapat memberikan pengobatan. 
     Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam sistem pengobatan pada umumnya adalah tumbuhan yang tumbuh di pekarangan dan dikembangkan dengan teknik budidaya sederhana (asal tanam), sedangkan bahan obat hewan dan bahan mineral alam didapatkan Suku Tengger jika memerlukan dan didapatkan disekitar kawasan Tengger. Selain itu, ada beberapa jenis tumbuhan, hewan dan bahan mineral yang diambil langsung dari hutan sekitar wilayah Tengger. 
     Obat tradisional yang ada, digunakan oleh Suku Tengger secara turun temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi seiring dengan pewarisan budaya SukuTenger. Namun, pola pewarisan tersebut sangat terbatas dikalangan usia rata-rata diatas 45 tahun keatas. Hal ini terbukti dari responden penelitian yang memberikan informasi dari hasil metode pengambilan sample hanya dikalangan umur 45 tahun keatas. Dikhawatirkan ada kecenderungan terjadinya pengikisan pengetahuan pengobatan tradisional pada Suku Tengger. Sehingga perlu adanya inventarisasi tumbuhan dan tanaman obat tradisonal.yang digunakan oleh suku Tengger.

Sumber artikel: 

Minggu, 09 Oktober 2011

Faktor-Faktor Pembatas

Pertumbuhan organisme yang baik dapat tercapai bila faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan menguntungkan. Bila salah satu faktor lingkungan tidak seimbang dengan faktor lingkungan lain, faktor ini dapat menekan atau kadang-kadang menghentikan pertumbuhan organisme. Faktor lingkungan yang paling tidak optimum akan menentukan tingkat produktivitas organisme. Prinsip ini disebut sebagai prinsip faktor pembatas. Faktor pembatas dalam ekosistem, antara lain :

a. Cahaya matahari
Cahaya Matahari merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena sebagai sumber energi utama bagi seluruh ekosistem. Struktur dan fungsi dari suatu ekosistem sangat ditentukan oleh radiasi matahariyang sampai pada ekosistem tersebut. Cahaya matahari, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak dapat menjadi faktor pembatas bagi organisme tertentu.

b. Air.
Air merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena semua organisme hidup memerlukan air. Air dalam biosfer ini jumlahnya terbatas dan dapat berubah-ubah karena proses sirkulasinya. Siklus air dibumi sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air tawar pada setiap ekosistem pada akhirnya akan menentukan jumlah keragaman organisme yang dapat hidup dalam ekosistem tersebut.

c. Suhu / Temperatur Lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti.

Sumber :

Video :

Sumber Video :

Hasil Review Video :
         Video ini menggambarkan tentang keadaan alam pada gurun.  Bisa dilihat bahwa tidak banyak jenis tumbuhan yang bisa tumbuh/hidup subur pada keadaan alam yang seperti itu. Dalam video ini kebanyakan memperlihatkan tumbuhan jenis kaktus yang dapat bertahan hidup.
        Semua ini memperlihatkan bahwa faktor lingkungan yang bertindak sebagai pembatas sangatlah berpengaruh terhadap pertumbuhan organisme. Suhu/temperatur digurun sangat tinggi saat menjelang siang hari, sedangkan suhu akan turun secara drastis saat menjelang malam hari. Hal ini sangat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan di daerah gurun.
        Selain itu, faktor air yang terbatas didaerah gurun juga sangat berpengaruh terhadap jenis tumbuhan yang dapat bertahan hidup ditempat itu. Setiap tumbuhan memerlukan air yang diserap oleh akar dari dalam tanah. Namun, kebutuhan akan air setiap tumbuhan pastilah berbeda tergantung dimana tempat hidupnya. Seperti halnya kaktus, pada habitatnya yang berupa daerah gurun, kaktus dapat bertahan hidup sekian tahun karena mempunyai akar menyebar di daerah luas tepat di bawah permukaan tanah.
        Pada dasarnya, tumbuhan gurun memiliki akar panjang, yang menancap ke dalam tanah untuk mencari kelembaban. Keterbatasan air mengakibatkan tumbuhan di daerah gurun memiliki daun yang kecil bahkan ada yang tidak berdaun, sehingga sangat sedikit air yang menguap.